ANALISIS NILAI PENGETAHUAN DALAM TEORI PSIKOANALISA (SIGMUND FREUD)



A.    Deskripsi
Psikoanalisa pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud. Teori ini dinilai kontroversi karena selalu mengalami perubahan-perubahan. Teori dasarnya adalah bahwa tingkah laku orang dewasa adalah merupakan refleksi pengalaman masa kecilnya. Misalnya bahwa dalam memahami tingkah laku yang agresif dipandang sebagai bawaan sejak lahir. Sedangkan sikap yang selalu berprasangka adalah merupakan konflik individu dengan orang tuanya yang otoriter pada masa kecilnya, sehingga dia membenci siapa saja yang tidak seperti dirinya.
Yang paling penting untuk diketahui adalah bahwa dalam teori Sigmund Freud, individu bergerak melalui tahapan yang pasti selama tahun awal perkembangan yang bersumber dari kesenangan seksual. Teori psikoanalisa telah mengarahkan kerja para ahli psikolog sosial pada sejumlah topik tentang tingkah laku sosial yang diselidiki dalam arti proses ketidaksadaran.
Sigmund Freud mengatakan bahwa kehidupan jiwa manusia memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar, prasadar, dan tak sadar. Gambaran ketiga peta kesadaran ini dipakai untuk menganalisa setiap kejadian mental, seperti berfikir dan berfantasi. Inilah teori pertama Sigmund Freud tentang psikoanalisa dan tidak mengalami perubahan hingga tahun 1920an. Setelah tahun 1923, dia memperkenalkan teori baru yaitu tentang komponen. Komponen ada tiga, yaitu komponen dinamik (energy psikis), komponen struktural yang terdiri dari id, ego, dan superego, dan terakhir adalah komponen sekuensial (tahapan). Berikut penjelasan dari setiap teorinya:
1.      Kesadaran
Teori tentang kesadaran adalah teori pertama Sigmund Freud. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dia membagi kehidupan jiwa manusia ke dalam tiga tingkat kesadaran, diantaranya:
a.       Sadar (conscious)
Tingkat kesadaran yang pertama ini adalah tingkat kesadaran yang murni indrawi. Tingkat kesadaran ini hanya bertahan saat kita berhubungan secara langsung dengan alam. Saat kita mengalihkan perhatian kita pada hal yang lain, saat itulah dia bertransformasi ke bentuk kesadaran yang lain, yaitu tahap pra sadar.
b.      Pra sadar (preconcious)
Tingkat kesadaran yang selanjutnya adalah tingkat pra sadar. Ini juga bisa disebut sebagai ingatan siap atau memori. Tingkat kesadaran yang kedua ini adalah merupakan jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman indrawi kita yang teralih dari perhatian, secara otomatis akan ditekan masuk ke alam pra sadar, begitu pula dengan hal-hal yang tersimpan di alam tak sadar kita, sewaktu-waktu bisa muncul ke alam pra sadar. Ketika sensor sadar menangkap adanya bahaya dari alam tak sadar yang muncul ke alam pra sadar, maka dia akan langsung menekannya kembali ke alam tak sadar. Materi tak sadar, muncul ke alam pra sadar dalam bentuk mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c.       Tak sadar (unconscious)
Alam tak sadar adalah bagian paling dalam dari kesadaran manusia dan juga merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Freud mengatakan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Alam tak sadar ini berisi insting, implus, dan drives yang dibawa sejak lahir dan pengalaman-pengalaman traumatik (pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran menuju alam tak sadar. Materi tak sadar ini, memiliki kecenderungan untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkah laku, namun tidak disadari.
2.      Komponen
Perkembangan teori psikoanalisa Sigmund Freud adalah tentang komponen yang kemudian dia bagi dalam tiga penjabaran, sebagai berikut:
a.       Komponen dinamik (energy psikis)
Pada akhir abad ke – 19, perkembangan sains terpusat pada kajian tentang energy, dan Freud menerapkan teori tersebut pada prilaku manusia. Dia menyebut energy ini sebagai energy psikis atau energy yang mengoperasikan berbagai komponen system psikologis. Dia berpendapat bahwa insting atau dorongan psikologis yang muncul tanpa dipelajari adalah sumber sumber utama energy psikis. Ciri khusus insting adalah bahwa dia bersifat konservatif (pelestarian) dan repetitive (perulangan). Maksudnya, isnting selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energy untuk aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikannya secara berulang – ulang. Dalam teoti Freud, insting bertindak sebagai perangsang pikiran individu untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan tertentu. Insting juga dipandang sebagai gambaran psikologis dari proses biologis yang berlangsung. 
b.      Komponen struktural
Komponen struktural terbagi tiga, diantaranya:
1)      Id (prinsip kenikmatan)
Id adalah system kepribadian manusia yang asli yang dibawa sejak lahir. Dari id lah nantinya akan muncul ego dan super ego. Id mewakili subjektivitas manusia yang tidak pernah disadari sepanjang usia.id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energy psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sisten dari struktur kepribadian lainnya. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri menurut Freud terbagi dua yaitu berusaha mendapatkan kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Gerak id terbagi dua, yaitu tidak refleks (mengedipkan mata) dan proses primer (mimpi, lamunan, dan halusinasi). Id hanya mampu membayangkan sesuatu, dan tak mampu membedakannya dengan kenyataan. Id uga tidak mampu menilai antara benar dan salah. Yang terpenting untuk diketahui adalah bahwa id masih murni hubungan antara subjek dengan dirinya. 
2)      Ego (prinsip realita)
Ego berkembang dari id yang tak pernah mampu menangani realitas, sehingga ia bekerja berdasarkan prinsip realita. Ego selalu berusaha untuk memperoleh kepuasan yang tuntut oleh id dengan tetap mencegah terjadinya ketegangan atau setidaknya menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata dan dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita dikerjakan melalui proses sekunder, yaitu berfikir realitik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud atau tidak.
Ego memiliki dua tugas utama, yaitu memilih stimuli mana yang akan direspon atau insting mana yang akan dipuaskan berdasarkan priorita kebutuhan dan menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan peluang yang ada dengan risiko yang paling sedikit. Ego bekerja untuk memuaskan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral yang ada pada superego. Karena ego tidak memiliki energy sendiri, maka sebenarnya dia hanya bekerja untuk id.
3)      Superego (prinsip idealistik)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi berdasarkan prinsip idealistik. Energinya berasal dari ego yang diperoleh dari id. Pada dasarnya, super ego tidak berhubungan langsung dengan realitas sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik. Superego hakikatnya merupakan elemen yang mewakili nilai – nilai orang tua dan interpretasi orang tua mengenai standar sosial yang diajarkan kepada anak melalui berbagai macam pertintah dan larangan.
Prinsip idealistik memiliki dua sub prinsip yaitu konsensia dan ego ideal. Konsensia adalah segala tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua yang diterima anak menjadi suara hati yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan ego ideal adalah segala tingkah laku anak yang mendapat pujian, hadiah, dan disetujui orang tua yang diterima sebagaistandar kesempurnaan atau ego ideal. Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, menerima benar dan salah, dinamakan sebagai introyeksi. Sesudah teradi introyesi, maka control pribadi akan menggantikan control orang tua.
Superego selalu menuntut kesempuranaan dan akan menghukum ego dengan keras atas apa yang dilakukan maupun yang masih dalam pikiran. Super ego juga seperti ego dalam mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya. Paling tidak, ada tiga fungsi super ego, yaitu mendorong ego mengganti tujuan realistik dengan tujuan moralistic, merintangi implus id, terutama implus seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan mengejar kesempurnaan.
Struktur kepribadian diatas bukanlah bagian yang menjalankan kepribadian tapi hanyalah nama – nama dalam system struktur yang mengikuti prinsip – prinsip tertentu. Biasanya system ini bekerja bersama sebagai tim dibawah araha ego. Namun jika timbul konflik diantara ketiga struktur tersebut, akan menimbulkan tingkah laku yang abnormal.
c.       Komponen sekuensial (tahapan)
Bagian terakhir dari komponen Freud adalah komponen sekuensial. Bagian ini menekankan pada gerak maju organisme melalui tahapan – tahapan perkembangan yang berbeda dan semakin lama semakin adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan adalah tahap genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti berlangsung terus – menerus. Teori Freus ini disebut juga sebagai teori psikoseksual.
1)      Tahap pra genital
Sebelum sampai pada tahap genital, perkembangan manusia akan dimulai oleh beberapa tahap, diantaranya:
a)      Oral (sejak lahir hingga 1 tahun)
Pada saat bayi baru lahir hingga mereka berusia sekitar 1 tahun, kenikmatan pertama yang dia rasakan adalah berasal dari mulutnya. Bayi akan memasukkan apapun yang disentuhnya ke dalam mulut, itu bukan semata – mata karena dia lapar  tapi karena memang dia menikmati proses menghisap, menelan, dan menggigit yang dia lakukan.
b)      Anal (2 – 3 tahun)
Setelah bayi makan, maka sisa makanan itu akan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun, anak akan mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan oleh pihak luar. Pengaturan itu terutama tentang kedisiplinan dan kebersihan.
c)      Phalik (4 – 5 tahun)
Di usia 4 – 5 tahun, kenikmatan anak berpindah kepada organ seksualnya. pada masa ini, anak mulai menikmati fantasi – fantasi yang dia rasakan dan mulai melakukan masturbasi atau hal – hal yang memuaskan kebutuhan seks nya. Pada tahap phalik ini juga membuka jalan bagi terjadinya kompleks Oedipus, dimana pada masa ini, anak laki – laki  mulai mencintai ibunya dan ingin menggantikan posisi ayahnya, begitupun dengan anak perempuan yang mulai meniru – niru ayahnya dan ingin menggantikan posisi ibunya.
Tahap phalik ini menjadi penentu bagi kecenderungan seks seseorang , apakah dia akan menjadi homo, lesbi, atau biseksual. Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secarainheren adalah biseksual, setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupu lawan jenis. Asumsi ini disokong oleh penelitiannya terhadap kelenjar – kelenjar endoktrin yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa hormon seks perempuan terdapat pada masing – masing jenis kelamin. Untuk perkembangannya, tergantung pada control orang tua. Tahap ini meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
d)     Laten (6 – 12 tahun)
Masa ini adalah tahap tertahannya dorongan – dorongan seks agresif dan mengalihkannya pada kegiatan –kegiatan yang sifatnya bernilai pelajaran, seperti sekolah, bermain, olah raga, dan kegiatan lainnya.
2)      Tahap genital/kelamin (masa remaja)
Semua upaya untuk mendapat kenikmatan pada tahap pra genital masih bersifat narsistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dirinya sendiri sedangkan orang lain hanya membantu memberikan bentuk – bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Pada masa genital, sebagian dari cinta diri ini disalurkan ke pilihan – pilihan objek yang sebenarnya. Pada masa ini pula lah anak rentan dengan seks bebas, karena dia tidak puas lagi dengan kenikmatan – kenikmatan yang dia peroleh dari dirinya sendiri.
B.     Analisis
Menurut penulis, dalam teori psikoanalisa yang dikemukakan dan dikembangkan oleh Freud ini, ada banyak hal  yang mengganjal di dalamnya. Diawal pembahasannya, dia berbicara tentang kesadaran dimana itu dibagi atas sadar, pra sadar, dan tak sadar. Dia mengatakan bahwa tahap sadar adalah tahap indrawi yang dialami manusia dan ini hanya sebagian kecil dari struktur kesadaran manusia. Sedangkan tahap tak sadar adalah merupakan samudra penentu bagi prilaku manusia. Gabungan antara insting yang berada pada struktur tak sadar manusia yang merupakan bawaan lahir dan pengalaman – pengalaman traumatik yang dialami manusia di masa kecilnya adalah penentu utama prilaku manusia. Bagaimana mungkin hal yang tak disadari menjadi penentu prilaku manusia, sedangkan hal yang disadari bukanlah hal yang penting bagi manusia.
Dalam pembahasaannya tentang komponen stuktural manusia, Freud mengatakan bahwa sumber energy manusia berasal dari psikis yang dimiliki oleh struktur id. Id lah nantinya yang akan menciptakan ego untuk melindungi kepentingannya ketika berkaitan dengan dunia luar. Dari ego ini kemudian akan tercipta super ego yang akan mengatur dan menghukumi ego ketika ego melakukan hal – hal yang bertentangan dengan prinsip moral yang dimilikinya. Jika id lah sumber energy dari ego dan super ego, mengapa kemudian super ego begitu berkuasa menghukumi ego atas apa yang dilakukannya atau bahkan yang masih dipikirkannya? Begitupun dengan ego yang energinya berasal dari id, mengapa begitu berkuasa menekan kebutuhan – kebutuhan id? Kalimat penutupnya dalam pembahasan komponen struktural manusia, dia mengatakan bahwa id, ego, dan super ego berkerja sama berdasarkan arahan dari ego. Jika energy ego berasal dari id, jika super ego begitu berkuasa terhadap ego, maka apa alasan sehingga Freud mengatakan bahwa egolah yang mengarahkan keduanya?
Freud mengatakan bahwa manusia hidup dengan prinsip kenikmatan, dimana satu – satunya jalan untuk memperolehnya adalah melalui seks. Dia kemudian menjelaskan bahwa setiap tahap perkembangan manusia adalah tahap seks. Lalu pertanyaan penulis adalah apakah definisi seks itu sendiri menurut Freud? Mengapa makan dan “buang air” juga dikatakan sebagai tahap seks?
C.    Kesimpulan
Penulis melihat bahwa Freud hanya sedang ingin menjelaskan tentang ego di dalam diri manusia yang sering bertentangan, tapi dia tidak mampu menemukan  dari mana sumber sesungguhnya dari prinsip moral itu sendiri. Dia juga melihat bahwa kekuatan dari kehendak manusia sangat besar sehingga dia mengatakan bahwa id lah sumber energy dari ego dan super ego. Ketika Freud mengatakan bahwa pertentangan diantara id, ego, dan super ego menyebabkan neurosis, maka penulis mengatakan bahwa dialah sesungguhnya yang neurosis.
Nilai pengetahuan dalam teori Sigmund Freud adalah idealis fisikal. Mengapa penulis katakan demikian, karena dia mengamati prilaku manusia berdasarkan perkembangan biologisnya dan kemudian dia menjadikan insting (bawaan lahir) manusia sebagai salah satu penentu dari prilakunya. Lalu prinsip moral itu sendiri bukan berasal dari dalam diri manusia melainkan dari larangan dan perintah orang tua.
Wallahu A’lam bi Sawab
Shollu Ala Muhammad Wa Ali Muhammad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Wujud Substantif dan Kopulatif

MASJID JERRAE SEBAGAI SALAH SATU MASJID TERTUA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

SEKSUALITAS DALAM MAZHAB REALIS