Postingan

Menampilkan postingan dari November 2, 2016

Nurul Asia Lantong: Taqwa & Keadilan: Sosial Sebagai Disposesi

Nurul Asia Lantong: Taqwa & Keadilan: Sosial Sebagai Disposesi : Bismillahirrahmanirrahiim… Innallaaha wa malaaikatahu yushalluuna ‘alannabii, yaa ayyuhalladziina aamanuu shallu alaiihi wasallimu taslim...

Taqwa & Keadilan: Sosial Sebagai Disposesi

Bismillahirrahmanirrahiim… Innallaaha wa malaaikatahu yushalluuna ‘alannabii, yaa ayyuhalladziina aamanuu shallu alaiihi wasallimu tasliman. Allaahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad.. A.     Latar Belakang Dewasa ini, kita mengalami persoalan yang sangat besar yaitu semakin bertambahnya orang – orang yang beragama tapi ketidakadilan semakin menjamur. Semua agama mengajarkan tentang keadilan, namun faktanya banyak penganut agama yang tidak adil. Kita menyaksikan di sekeliling kita, betapa banyak orang yang taat beribadah, menggunakan pakaian – pakaian/simbol agama, namun dia tidak berlaku adil pada sesamanya. Ketakwaan adalah kekuatan besar yang dimiliki oleh orang yang beragama. Ketakwaan senantiasa menjaga dan memelihara manusia. ketakwaan mampu memberikan ketajaman penglihatan bathin kepada manusia yang beragama , tapi masih banyak manusia yang berlaku tidak adil . B.      Rumusan Masalah Ketakwaan adalah hubungan manusia dengan Tuhan (bersifat vertikal/

Nurul Asia Lantong: Pasca Postmodernisme: Feminitas Sebagai Alternativ...

Nurul Asia Lantong: Pasca Postmodernisme: Feminitas Sebagai Alternativ... : Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu Alaika ya Rasulullah.. Assalamu Alaika ya Sayyidah Nisa’I Alamin… Postmodernisme yang lahir sej...

Pasca Postmodernisme: Feminitas Sebagai Alternative Solusi & Titik Temu Antara Islam & Barat

Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu Alaika ya Rasulullah.. Assalamu Alaika ya Sayyidah Nisa’I Alamin… Postmodernisme yang lahir sejak awal abad ke – 19 adalah merupakan kritik terhadap modernisme yang dianggap telah gagal menjawab semua kebutuhan manusia. Modernisme adalah suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan hanya menggunakan penalaran manusia. Oleh karena itu, dalam arti simbolik penalaran menggantikan posisi supernatural. Sedangkan dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh emosi, dan moralitas digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari sebuah konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan kekuatan dan kekuasaan, identitas diri muncul dari kelompok. Postmodernisme mempunyai karakteristik fragmentasi (terpecah – pecah menjadi lebih kecil), tidak menentu (indeterminacy), dan sebuah ketidakpercayaan terhadap semua hal universal (pandangan dunia) dan struktur kekuatan. Adapun