Kesatuan Konsep Wujud
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma
Sholli ala Muhammad wa ala ali Muhammad
Dalam
awal pembahasan ontologi, kita telah mengetahui bahwa hal yang terpenting untuk
kita perhatikan adalah mengenai konsep dan kata. Maka dari itu dalam pembahasan
wujud ini, yang ingin saya bahas terlebih dahulu adalah mengenai konsep kita
tentang wujud.
Ada
beberapa pandangan mengenai konsep wujud ini, diantaranya:
a. Wujud
memiliki satu makna
Maksud
dari kalimat diatas bahwa sebagian orang berpendapat bahwa wujud itu hanya memiliki
satu makna, ketika kita lekatkan pada apapun, maknanya tetap sama.
Manusia
= Pohon = Tuhan
b. Wujud
memiliki sejumlah makna
Sebagian orang berpandangan bahwa
wujud dan esensi tidak bisa dipisahkan, sehingga berdampak pada kesimpulan
bahwa wujud itu memiliki banyak makna.
Manusia
= Manusia
Pohon
= Pohon
Tuhan
= Tuhan
Manusia
# Pohon # Tuhan
c. Wujud
memiliki 2 makna
Selain kedua pandangan diatas, ada
pandangan lain bahwa wujud hanya memiliki 2 makna, yaitu makna wujud Tuhan
dengan makna wujud ciptaan
Wujud
Tuhan = tidak beresensi
Wujud
ciptaan = beresensi
Kebingungan
ini mungkin berasal dari beberapa kerancuan dalam:
a. Membedakan
konsep dengan contohnya
b. Membedakan
konsep kemahiyahan dengan konsep kefilsafatan
|
Ketika
kita berbicara tentang konsep wujud, maka itu tandanya bahwa kita sedang
berbicara tentang konsep filsafat. Kesatuan wujud bukan berarti kesatuan
esensi. Kesatuannya itu adalah kesatuan dari sisi yang ditinjau oleh akal melalui
proses abstraksi. Dengan kata lain bahwa akal menangkap kesamaan dari segala
sesuatu dalam hal keberadaan. Bahwa segala sesuatu itu sama-sama ada dan akal
menolak ketiadaan.
Hal
lain yang perlu kita ketahui adalah bahwa jika segala wujud bermakna sama
dengan subjeknya, maka segala predikasi bersifat swabukti. Sedangkan jika Wujud
memiliki makna yang berbeda-beda, maka akan terjadi konPtradiksi di dalam wujud
sehingga akan berimplikasi diingkarinya keberadaan wujud yang lainnya.
![]() |
Gambar 2 |
Kesimpulan
kita adalah bahwa:
1. Kita
harus mampu membedakan antara konsep dengan contohnya
2. Kesatuan
dalam konsep tidaklah meniscayakan kesatuan dalam contoh
3. Kita
harus mampu membedakan antara konsep kemahiyahan dengan konsep kefilsafatan
4. Dalam
konsep kemahiyahan, wujud dan esensi tidak bisa terpisah, sedangkan dalam
konsep filsafat, kesatuan konsep wujud tidak meniscayakan kesatuan esensi semua
maujud
5. Konsep
wujud adalah konsep kefilsafatan, bukan konsep kemahiyahan
Pertanyaannya adalah:
1. Jika
konsep wujud berasal dari konsep kemahiyahan yang kemudian diabstraksi oleh
akal, bagaimana cara mentasdiqnya kembali di alam agar tidak terjadi daur?
2. Jika
konsep dan contoh berbeda, lalu dari mana datangnya konsep itu? Bukankah konsep
itu berasal dari alam dan contoh juga itu ada di alam?
3. Bagaimana
kita memahami irisan-irisan yang terjadi antara konsep kemahiyahan dengan
konsep kefilsafatan ketika dia ditasdiq di alam?
Wallahu
A’lam bi Sawab
Komentar
Posting Komentar