Huduri Tanpa Batas, Benarkah?
![]() |
Nurul Asia & Andi Nargis |
Bagaimana pula
dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain yang kudapatkan? Pahamanku terhadap
buku yang kubaca, apakah dia husuli atau huduri di dalam diriku? Jika dia husuli, mengapa tak dapat
kupahami hanya dengan menerapkan aturan-aturan berpikir yang ada? Pahaman itu
hadir justru saat kita berusaha fokus atau konsentrasi. Bukankah itu adalah
merupakan ciri dari pengetahuan huduri? Lalu dimanakah sebenarnya batas
pengetahuan huduri itu?
Aku teringat
kalimat yang diungkapkan oleh seorang guru: “ kebenaran itu sumbernya dari
dalam, sedangkan kesalahan itu datangnya dari luar”. Yang di dalam itu disebut
pengetahuan huduri, sedangkan yang dari luar itu disebut pengetahuan husuli.
Berbicara tentang pengetahuan huduri, tentulah tidak terpisah dari pembahasan
fitrah yang merupakan potensialitas kebenaran yang ada dalam diri kita. Potensi
yang menuntut untuk dipenuhi, karena jika tidak, maka kita takkan pernah
mendapatkan yang namanya kebahagiaan. Pemuasan secara sempurna atas
kecenderungan fitri manusia hanya akan terealisasi jika manusia mampu dengan
SADAR menjalin suatu hubungan dengan wujud itu sendiri. Argumen rasionalnya
jelas bahwa semua eksistensi mempunyai keterikatan dengan penciptanya.
Pengetahuan
huduri manusia tentang ke-DIRI-annya tak lain adalah keterikatan itu sendiri.
Dengan kata lain, ia dapat sampai pada kondisi pengenalan dan penyaksian
terhadap ikatan eksistensial secara jelas dan sempurna dengan penciptanya. Maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat huduri tertinggi adalah PENYAKSIAN. Adapun
mengenai perasaan yang menurut kita berubah-ubah, itu tidaklah demikian. Yang
berubah itu adalah objek diluarnya, sedangkan rasa yang ada di dalam diri, tak
pernah berubah. Maka tak ada keraguan lagi bahwa pengetahuan huduri itu memang
terbebas dari yang namanya kekeliruan, hingga saat kita mengusulinya diluar.
Kesimpulannya adalah
bahwa pengetahuan huduri itu tidak terbatasi oleh pengetahuan-pengetahuan yang
lain. Baik pengalaman inderawi kita, maupun pengetahuan rasional kita, semuanya
tidak dapat dilepaskan secara totalitas dari huduri itu sendiri. Namun jika
kita berbicara tentang diri, jelas bahwa huduri itu memiliki tujuan akhir yang
ingin diraih, yaitu sampainya kita pada KESEMPURNAAN diri, Insya Allah.
Wallahu A’lam bi Sawwab
Sholawat kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Komentar
Posting Komentar